![]() |
Kebun Kurma Datu Lombok Utara (ist) |
Lombok Utara, CatatanNTB.com – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) terus mendorong pengembangan kurma di lahan kering Lombok Utara. Program ini sejalan dengan upaya Pemprov NTB mengembangkan Desa Berdaya di 113 desa miskin ekstrem, termasuk di Kabupaten Lombok Utara.
Kepala BRIDA NTB, I Gede Putu Aryadi, menegaskan bahwa potensi kurma di Lombok Utara sangat besar. Bahkan, kurma lokal yang dikenal dengan sebutan Kurma Datu telah menembus pasar global.
“Kurma Datu sudah diakui dunia. Pada festival kurma internasional di Abu Dhabi tahun 2023 dan 2024, Kurma Datu menempati peringkat ketujuh dari sepuluh kurma terbaik dunia,” jelas Aryadi, Sabtu (30/8).
Menurutnya, keberhasilan tersebut tak lepas dari kombinasi kondisi alam, inovasi petani, dan dukungan pemerintah. Lombok Utara memiliki tanah berpasir dengan kandungan fosfor tinggi akibat letusan Gunung Samalas tahun 1257. Karakteristik tanah ini mirip dengan Timur Tengah, habitat asli kurma. Selain itu, pola iklim ekstrem—siang bisa mencapai 40°C dan malam turun hingga 16°C—memberikan kondisi ideal bagi pertumbuhan kurma.
Produktivitas Tinggi dan Nilai Ekonomi Besar
Kurma Lombok Utara memiliki keunggulan karena dapat berbuah sepanjang tahun. Satu pohon dewasa mampu menghasilkan 100–300 kilogram kurma dengan harga jual kurma segar (ruthob) mencapai Rp250.000–Rp360.000 per kilogram.
Tak hanya itu, sistem bagi hasil atau nyakap antara pemilik lahan dan investor membuka peluang yang lebih adil bagi masyarakat. Keberhasilan ini juga menarik minat investor asing, termasuk dari Uni Emirat Arab.
“Selain ekspor, kebun kurma juga kami dorong sebagai destinasi agrowisata. Ke depan, Lombok Utara diproyeksikan menjadi tuan rumah Festival Kurma Internasional 2026 dan pusat ‘Jalur Kurma’ NTB,” tambah Aryadi.
Bisa Panen 2–3 Kali Setahun
Direktur Utama PT Ukhuwah Datu Nusantara, Suharman, mengungkapkan keunggulan lain kurma Lombok Utara dibandingkan dengan kurma Timur Tengah. Jika di Abu Dhabi kurma hanya tumbuh di iklim tropis kering, kurma Lombok justru mampu berproduksi di sabana tropis.
“Kurma di Timur Tengah berhenti berproduksi saat musim dingin. Di Lombok, kurma tetap bisa panen bahkan 2–3 kali setahun. Satu pohon bisa menghasilkan 150–200 kilogram per panen,” jelasnya.
Saat ini, total pohon kurma di Lombok Utara mencapai sekitar 3.000 batang yang tersebar di Kecamatan Tanjung, Gangga, Kayangan, dan Bayan dengan luas lahan 8–10 hektare. Jika ditotal se-NTB, jumlahnya mencapai 5.000 pohon, termasuk yang berada di Bima, Dompu, dan Sumbawa.
Dengan potensi ekonomi yang tinggi, dukungan pemerintah, dan minat investor asing, kurma Lombok Utara digadang-gadang menjadi ikon ekonomi baru NTB sekaligus komoditas ekspor unggulan di masa depan.
0Komentar