BRIDA NTB komitmen Perkuat Riset Daerah 

Mataram, CatatanNTB.com – Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat kembali menunjukkan komitmennya dalam memperkuat ekosistem riset daerah melalui penyelenggaraan Temu Mitra Riset Bidang Sosial dan Kependudukan Tahun 2025 yang berlangsung di Hotel Lombok Raya, Mataram (26/12). Kegiatan ini mengusung tema “Kolaborasi Riset, Inovasi Sosial dan Kependudukan yang Inklusif Berkelanjutan Menuju NTB Emas 2045.”


Acara yang dikemas sebagai ruang konsolidasi riset daerah ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari OPD teknis, BRIDA/Bapperida kabupaten–kota se-NTB, akademisi, hingga lembaga swadaya masyarakat berbasis riset. Kehadiran para pihak ini mencerminkan semakin kuatnya kesadaran kolektif bahwa riset merupakan pondasi penting dalam pembangunan sosial dan kependudukan yang berkelanjutan.


Koordinator Pokja Sosial dan Kependudukan BRIDA NTB, Lalu Suryadi, S.P., M.M., dalam laporannya menegaskan bahwa tema yang diangkat merupakan respon atas masih minimnya kolaborasi riset lintas lembaga sesuai amanat Permendagri No. 38. Ia menekankan bahwa riset harus memberikan dampak nyata.

“Hasil riset tidak boleh berhenti pada laporan. Implementasi menjadi kunci agar pembangunan sosial dan kependudukan berjalan terarah dan inklusif,” ujarnya.


Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala BRIDA NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos., M.H., yang memaparkan arah kebijakan riset dan inovasi daerah. Dalam pemaparannya, ia menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat fondasi pembangunan sosial yang berkelanjutan. Kepala BRIDA juga memperkenalkan lima pilar penguatan riset sebagai strategi untuk menghasilkan konsep dan rekomendasi yang relevan bagi pembangunan daerah, termasuk upaya mendorong budaya peresean agar dapat tampil pada ajang FORNAS.


Sesi talk show menghadirkan dua narasumber utama. Narasumber pertama, Dr. H. Lalu Sajim Sastrawan, Ketua Majelis Adat Sasak, mengangkat pentingnya adat dan kearifan lokal dalam mendukung inovasi sosial. Ia menyebut sejumlah regulasi daerah masih belum dimaksimalkan, padahal tantangan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) membutuhkan kerja bersama berbasis riset.


Narasumber kedua, Dr. Firmansyah dari Universitas Mataram, mengulas persoalan kemiskinan ekstrem di NTB yang menurutnya membutuhkan kebijakan berbasis bukti.

“BRIDA adalah komandan dalam riset. Pengentasan kemiskinan harus ditempuh melalui penguatan pendapatan, peningkatan kesempatan kerja, dan keberpihakan kebijakan yang berbasis bukti,” tegasnya.


Diskusi berlangsung aktif dan menunjukkan tingginya perhatian peserta terhadap integrasi antara kearifan lokal, kajian akademik, dan kebijakan pemerintah. Sinergi tersebut diyakini menjadi landasan kuat bagi pembangunan sosial yang inklusif dan berkeadilan.


Melalui kegiatan ini, BRIDA NTB berharap jejaring kolaborasi riset semakin menguat serta kualitas riset sosial dan kependudukan di daerah terus meningkat. Upaya ini menjadi bagian penting dalam perjalanan mewujudkan NTB Emas 2045.